Jumat, 11 Desember 2009

PROPOSAL SKRIPSI


PENERAPAN IKLIM KELAS DEMOKRATIS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN

I. PENDAHULUAN
Sekolah merupakan suatu organisasi yang menyelenggarakan pendidikan secara formal bagi peserta didik. Namun sekolah bukan satu – satunya yang menyelenggarakan pendidikan, karena masih ada institusi keluarga dan pendidikan luar sekolah. Untuk dapat mengoptimalisasi pendidikan peserta didik, maka diperlukan kolaborasi, bukannya menyerahkan pendidikan peserta didik pada sekolah saja. Bagaimanapun, pelembagaan pendidikan tidak hanya apa yang disampaikan pada institusi pendidikan formal sejak pra sekolah sampai pada berbagai macam jenis pendidikan tinggi.
Proses belajar mengajar erat sekali hubungannya dengan lingkungan atau suasana dimana proses itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak aspek seperti gaya belajar, fasilitas yang tersedia, pengaruh iklim kelas masih sangat penting. Hal ini beralasan karena ketika peserta didik belajar di ruangan kelas, lingkungan kelas, baik lingkungan fisik atau non fisik kemungkinan mendukung mereka atau bahkan mengganggu mereka. Lebih lanjut iklim sosial mempunyai pengaruh penting terhadap kepuasan peserta didik, belajar, dan pertumbuhan/perkembangan pribadi yang kemudian akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Hyman (dalam http://library.usu.ac.id) mengatakan bahwa iklim yang kondusif antara lain dapat mendukung : a) interaksi yang bermanfaat di antara peserta didik, b)memperjelas pengalaman – pengalaman guru dan peserta didik, c)menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan – kegiatan di kelas berlangsung dengan baik, d) mendukung saling pengertian antara guru dan peserta didik.
Iklim kelas yang baik tentunya tidak serta merta muncul dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu profesionalisme guru dalam menjalin interaksi di dalam kelas dan juga kepemimpinan guru. Semakin profesional seorang guru dalam menjalin interaksi dengan siswa maka semakin baik iklim kelas yang terbentuk dan dengan sendirinya akan semakin tinggi prestasi belajar siswa. Seperti yang diungkapkan Ravik Karsidi (dalam http://www.uns.ac.id) hal terpenting adalah interelasi yang terjadi antara guru dengan murid yang melambangkan bentuk konkret dari suasana kelas dan membentuk suatu iklim sosial. Pembentukan iklim sosial kelas sangat bergantung pada variasi hubungan guru-murid serta alur penerimaan informasi dan komunikasi yang kesemuanya dinaungi dalam sebuah koridor gaya kepemimpinan dari seorang guru, baik yang mengikuti kepemimpinan terpusat (sentralistik), demokratis maupun gaya kepemimpinan yang memberi.
Dalam kenyataan sering kita jumpai, banyak guru yang kurang bahkan tidak memperhatikan peranan iklim kelas dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Banyak guru yang masih kaku dan menerapkan gaya kepemimpinan otoriter, sehingga iklim kelas yang terbentuk juga kaku. Kekuasaan kelas sepenuhnya dipegang oleh guru, mereka tidak berfikir dengan caranya itu siswa akan menadi tertekan dan menjadi terhambat untuk berkreasi. Seperti yang dinyatakan Berliner (dalam http://library.usu.ac.id) mengatakan bahwa iklim kelas yang ditandai dengan kehangatan, demokrasi, dan keramahtamahan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi prestasi belajar peserta didik. Namun demikian, jarang sekali para guru menerapkan kepemimpinan demokratis dalam kelas, kalaupun diterapkan, frekuensinya sangat kecil. Dari latar belakang inilah, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh iklim kelas demokratis terhadap prestasi belajar siswa.
Agar tidak menyimpang dari masalah, maka peneliti membatasi masalah yang dibahas pada pengaruh iklim kelas demokratis terhadap prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk siswa kelas IV SD Kramat 2 Kec. Penawangan Kab. Grobogan.
Bertitik tolak dari batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Pengaruh iklim kelas demokratis terhadap prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk siswa kelas IV SD Kramat 2 Kec. Penawangan Kab. Grobogan?”
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh iklim kelas demokratis terhadap prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori
2.1.1. Iklim Kelas Demokrasi
Demokrasi dapat diartikan sebagai cara hidup, adanya keinginan untuk berkompromi, sikap toleran, kesediaan mendengar dan menerima pendapat orang lain, serta menerima kerja sama dengan cara yang adil. Selain itu, demokrasi juga berarti penerimaan kontrak sosial yang menuntut perilaku bertanggung jawab serta pandangan/keyakinan bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki kedudukan istimewa di depan hukum. Menurut Freire dan Girox (dalam http://www.prakarsa-rakyat.org) demokrasi pendidikan dipahami sebagai pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai demokratis dan pendidikan berharapan. Pendidikan demokratis merupakan pembelajaran yang dibangun untuk mewujudkan lingkungan yang kritis dan aman, menghidupkan dialog dan keikutsertaan seluruh pihak. Karena itu, sekolah demokratis dicirikan dengan keterlibatan guru, murid, pimpinan sekolah, staf, orang tua/masyarakat dalam hal-hal yang berkaitan dengan tata kelola sekolah (school governance) dan pembuatan keputusan tentang proses dan pelayanan pendidikan di tingkat sekolah yang seharusnya dipandu dengan nilai-nilai dan proses yang demokratis.
Dari pengertian di atas maka dapat diperoleh pengertian iklim demokrasi yaitu suasana atau kondisi suatu kelas yang kegiatannya melibatkan semua orang yang ada di kelas itu dalam melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa berha memilih strategi pembelajaran yang mereka inginkan, sehingga guru tidak dapat mengambil keputusan sendiri dalam menentukan proses pembelajaran.

2.1.2. Ciri – Ciri Iklim Kelas Demokrasi
Iklim kelas demokratis akan tercipta akibat kepemimpinan guru yang demokratis pula. Seperti yang dinyatakan Maman Rachman (1998: 132), tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap yang demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar mengajar optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.
Penempatan diri seorang guru di kelas harus mencerminkan sikap yang demokratis agar tercipta kondisi belajar yang baik. Seperti yang dinyatakan Centra (dalam Maman Rachman, 1998:132) dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan diri sebagai model, pengembang, perencana, pembimbing, dan fasilitator.

2.1.3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Nawawi (dalam Andreas Teguh Raharjo, 2002: 22) adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu.
Sedangkan Tantawi (dalam Andreas Teguh Raharjo, 2002: 22) menyatakan prestasi belajar adalah tanda atau simbol itu biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf.
Kemudian menurut Saifudin Azwar (1987: 9) prestasi belajar adalah salah satu sumber informasi terpenting untuk mengambil keputusan pendidikan yang diperoleh dari tes prestasi belajar, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai individual.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan pengertian prestasi belajar adalah suatu simbol keberhasilan siswa dalam menyelesaikan mata pelajaran tertentu yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor.

2.1.4. Pembelajaran Matematika
R. Soedjadi (1999: 37) memberikan definisi yang lebih sempit lagi mengenai matematika sekolah atau School Mathematics. Matematika sekolah yaitu unsur atau bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan dan berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal (1) penyajiannya, (2) pola pikirnya, (3) keterbatasan semestanya, (4) tingkat keabstrakannya.
Dalam Garis – Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika yang khusus untuk Pendidikan Dasar yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa Tujuan Khusus pengajaran matematika di SD adalah:
a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari – hari.
b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika.
c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disipilin.


2.1.5. Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Cholis Sa’dijah (1998: 146) mendefinisikan pecahan sebagai berikut: Jika kita membagi suatu daerah persegi menjadi delapan bagian yang sama besar, maka setiap daerah mempunyai luas seperdelapan dari luas daerah persegi seluruhnya.
Menurut John L. Marks, dkk (1985: 157), penambahan dan pengurangan bilangan pecahan memerlukan pemikiran yang lebih canggih daripada yang digunakan untuk bilangan cacah, sebab dalam hal ini berhubungan dengan pasangan bilangan, penamaan kembali, sehingga penyebutnya sama dan penambahan hanya pembilangnya. Pengajaran yang hati – hati diperlukan untuk menghindarkan murid dari kesalahan, seperti menambahkan baik pembilang maupun penyebutnya.
Kesulitan dapat dihindarkan melalui pemilihan yang efektif, dimana murid menggunakan benda – benda konkrit dan kemudian menyadari bahwa penambahan dan pengurangan bilangan pecahan berhubungan dengan penambahan bilangan cacah.

2.2. Penelitian yang Relevan
Tarmidi (2006), melakukan telah melakukan penelitian tentang hubungan iklim kelas terhadap prestasi belajar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan korelasi positif antara iklim kelas dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa. Dengan kata lain iklim kelas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas. Namun demikian, pada umumnya guru dan kepala sekolah belum mengetahui makna dan hakikat serta dampak iklim kelas terhadap proses belajar mengajar. Melalui iklim kelas dapat dikembangkan aspek – aspek demokrasi pendidikan. Hal ini tercermin dalam kegiatan seperti pemberian penilaian awal, perlakuan umpan balik, pelaksanaan refleksi dan dskusi, perlakuan perbaikan, dan pemberian penilaian ulang(dalam http://library.usu.ac.id).

2.3. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah penerapan iklim kelas demokratis dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD semester II. Apabila penerapan iklim kelas demokratis secara efektif maka akan menghasilkan peningkatan prestasi belajar matematika.

2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
”Penerapan Iklim Kelas Demokratis Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa”.


III. METODE PENELITIAN
3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kramat 2, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan. SD ini merupakan SD inti dari gugus Gajah Mada.
3.1.2. Waktu Penelitian
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan November 2008 sampai dengan bulan April 2009 dan dilakukan secara bertahap. Dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
3.1.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas IV semester 2 Tahun Ajaran 2009/2010. Jumlah siswa kelas IV adalah 31 siswa yang terdiri dari 21 siswa perempuan dan 10 siswa laki – laki.
3.2. Variabel Penelitian
Berdasarkan landasan teori, maka variabel dalam penelitian ini antara lain:
Variabel bebas : iklim kelas demokratis
Variabel terikat : prestasi belajar matematika materi pengurangan dan penumlahan bilangan pecahan.
3.3. Rencana Tindakan
Menurut Suharsini Arikunto (2008: 16) dalam penelitian tindakan terdapat empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas selaku pelaksana tindakan. Materi yang akan digunakan pada saat penelitian adalah penjumlahan dan pengurangan pecahan. Pada penelitian ini peneliti melakukan dua siklus pembelajaran, yang masing – masing siklus melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
3.4. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil dari hasil observasi, wawancara, angket, dan nilai prestasi belajar mata pelajaran Matematika kelas IV SD.

3.5. Indikator Kinerja
Tolak ukur kebarhasilan tindakan perbaikan yang akan dipakai disini adalah hasil tes kondisi awal dan hasil refleksi dari siklus 1. Dari hasil tes kondisi awal akan digunakan sebagai tolak ukur untuk melakukan tindakan pada siklus 1. Demikian pula hasil refleksi pada siklus 1 akan digunakan sebagai tolak ukur dalam tindakan pada siklus 2.
3.6. Analisis Data
Data yang telah diperoleh akan akan dianalisis menggunakan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes setelah siklus 2. Sedangkan untuk data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi, wawancara, angket, dan refleksi dari tiap – tiap siklus.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, Saifudin. 1987. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Jakarta:Liberty.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penelitian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Ibnu Abdullah, Abu Muhamad. Prestasi Belajar. Tersedia pada http://spesialis-torch.com/content/view/120/29/. (31 Oktober 2009)
Kandar Endar, kepemimpinan – iklim organisasi. Tersedia pada http://endang965.wordpress.com/thesis/2-kepemimpinan-iklim-organisasi/bab-2-deskripsi.(4 November 2009).
Karsidi, Ravik. Sosiologi Pendidikan. Tersedia pada http://www.uns.ac.id/data/sp7.pdf. (3 November 2009)
Raharjo, Andreas Teguh. 2002. Hubungan Antara Kecerdasan Majemuk dengan Prestasi Belajar Siswa di SMU Katolik Yos Sudarso Batu Malang. Salatiga: UKSW.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suhaenah, A Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Syarafuddin. 2005. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Quantum Teaching.
Tarmidi. Iklim Kelas dan Prestasi Belajar. Tersedia pada http://library.usu.ac.id/download/fk/06010310.pdf. (4 November 2009).